Jumat, 27 Januari 2012

Manfaat Filsafat


Kita akan memetik manfaat bukan hanya dari keterlibatan diri kita dalam filsafat pada umumnya, melainkan juga secara khusus dari kegiatan telaah atau kajian filsafat. Penelaahan filsafat yang efektif, sekali lagi, bersifat luas, mendalam, dan kritis. Relevansi kritis dari penelaahan semacam itu tidak dapat dipungkiri. Singkatnya, dengan melakukan telaah filsafat, kita akan semakin mandiri secara intelektual, lebih toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan semakin membebaskan diri dari dogmatisme.
  1. Pertama, pengkajian filsafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan yang lebih baik.
  2. Kedua, pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap pandangan-pandangan orang yang berbeda, serta kemandirian intelektual.
  3. Ketiga, kebebasan intektual dan sikap-sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh dengan mengkaji persoalan-persoalan filsafat secara mendalam.
  4. Keempat, adalah penilaian kritis. Tujuan berfilsafat bukan sekedar meninjau berbagai macam teori, tetapi juga menilainya secara kritis. Sehingga, sikap kritis akan senantiasa kita peroleh.
Namun, tidak ada jaminan bahwa pengkajian filsafat pasti akan menghasilkan apa saja yang sudah disebutkan di atas. Tentu ada hal-hal lain yang juga dapat mengembangkan toleransi, kemandirian intelektual ataupun perubahan nilai dan keyakinan dasar seseorang. Filsafat hanyalah salah satu alternatif terbaik. Fakta-fakta masih perlu dipertanyakan, disusun ulang, ditinjau dari pelbagai perspektif, disingkirkan, dipungut lagi, diuji dan ditimbang terus secara logis, jelas, dan inovatif. Kemampuan itu sendiri, yang pada hakekatnya merupakan sebuah latihan juga, entah dari bidang manapun fakta-faktanya berasal.



1. Apakah gunanya filsafat itu
Ada yang memandang filsafat sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari filsafat kebahagiaan yang tulen dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan.
Akan tetapi ada pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari pada “Obrolan Belaka”,”Omong Kosong” yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragukan banyak orang ialah banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, pendapat-pendapat dan aliran – aliran yang sering banyak bertentangan satu sama lain. Inilah sebabnya maka menurut pendapat kami pengantar filsafat yang melulu melalui “Historis” itu biasanyamenimbulkan banyak salah paham dan mengecewakan. Dari uarian diatas jelaslah bahwa betapa besar kepentingan filasafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita dan harus kita akui tentang terbatasnya kemampuan aan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang “Ada”, tentang manusia dan dunia ,tentang hidup dan Tuhan.
2. Kegunaan filasafat bagi manusia
Seorang yang bijaksana akan memiliki kemugkinan yang paling tepat dalam usahanya mencapai “Kesejahteraabn hidup” karena ia mempunyai wawasan yang tepat dan mendalam. Dia berusaha mengerti apa artinya hidup dan dirinya dengan segala maslah yang muncul dan yang ia hadapi. Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya kita dapat menyerasikan antara logika,Rasa,Rasio, pengalaman dan agama didalam usaha manusia mencapai pemenuhan kebutuhannya dalam usaha yang lebih lanjut yaitu “mencapai hidu yang sejahtera”.
Dalam hal ini manusia tidak dengan begitu saja menceburkan diri kedalam salah satu perbuatan atau situasi, karena ia selalu sadar, bahwa ia berbuat tentang suatu atau tidak berbuat tentang suatu itu. Disini peanan filsafat ialah secara kritis menyerasikan kehidupan manusia, sehingga tampak hidup manusia serta arah yang mendasarinya didalam usaha mereka mencapai kesejahteraan hidup tadi.
3. Tujuan praktis filsafat
Daya upaya manusia untuk memikirkan seluruh kenyataan dengan sedalam-dalamnya itu tak dapat tiada pasti berpengaruh atas kehidupannya. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis. Seseorang menginginkan pengertian agar dapat berbuat dapat bergiat menurut pengetahuan yang kita peroleh itu.
Perbedaan pendapat antara orang yang berfilsafat dan orang yang tidak berfilsafat boleh dikatakan terletak dalam sikap mereka terhadap hidup manusia. “ Hidup’’ disini meliputisegala sesuatu yang dialami dan dirasakan manusia dalam dirinya sendiri sekaligus yang dirasakan, dialami atau diderita pula oleh orang-orang lain. Filsafat mengajarkan kita kita hidup lebih sadar dan insyaf,memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya, sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya.kebesaranyya maupun kelemahannya dan keterbatasannya.dari pengetahuan ini dapatlah kita peroleh perhatian bagi sifat kepribadian yang menyendirikan setiap orang,dan hati kita terbuka buat “Rahasia” yang menjelma dalam setiap perseorangan yang akhirnya berarti hati kita tetbuka bagi sumbrsegala rahasia ialah Tuhan.
4. Beberapa pendapat para Filosof tentang kegunaan pelajaran filsafat
Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
Rene Descartes mengemukakan “Cogito Ergo Sum” (Karena berpikir maka saya ada).tokoh ini yang menyangsikan segala-galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir, karena berpikir maka aku ada. Itulah landasan dari filsafatnya.berfilsafat berarti berpangkalan kepada sesuatu kebenarang yang Fundamental atau pengalaman yang asasi.
Dr.Oemar A. Hoesin mengatakan “filsafat itu memberikan kepuasan kepada keinginan menusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
Alfred North Whitehead yang berpendapat bahwa filsafat ituadalah keinsyafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat seluruh usaha peradaban.
Prof. S. takdir Ali Sahbana, Beliau mengatakan bahwa “ bagi manusia seorang berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsyaf-insyafnya sesentral-sentralnya dengan perasaan bertanggung jawab.
Bukan bertanggung jawab kepada si Amat atau si Wongo, tetapi kepada pokok, kepada dasar hidup yang sedalam-dalamnya baik dinamakan tuhan atau alam atau kebenaran.Bagi suatu masyarakat atau bangsa filsafat itu tak kurang pentingnya sebab yang menjadi intisari atau jiwa sesuatu kebudayaan pada suatu tempat dan masa itu taklah lain dari pada pikiran-pikiran ahli pikir bangsa itu pada tempat dan masa itu.
Maurice Marleau Ponty, Beliau berpendapat bahwa “Jasa dari filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia”
Gabriel Marcell, Beliau mengatakan bahwa “ Hakikat manusia itu terletak dalam hasratnya untuk berkomunikasi untuk bersatu dengan person atau pribadi lain dengan percaya. Dan itu hanya mungkin karena hasrat manusia untuk percaya kepada “Toi absolu”, kepada dikau yang mutlak, ialah tuhan sendiri.

5. Tujuan umum pelajaran filsafat
Beberapa tujuan umum pelajaran filsafat sebagai berikut :
a.Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia,lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
Sifat yang khusus bagi seorang filsuf ialah bahwa sesadar-sadarnya apa saja yang termasuk dalam kehidupan manusia, tetapi dalam pada itu juga mengatasi dunia itu, sanggup melepaskan diri, menjauhkan diri sebentar dari keramaian hidup dan kepentingan-kepentingan subyektif untuk menjadikan hidupnya sendiri itu obyek peyelidikannya. Dan juatru kepentingan-kepentingan dan keinginan-keinginan subyektip itu maka ia mencapai keobyektifan dan kebebasan hati, yang perlu buat pengetahuan dan penilaian yang obyektif dan benar tentang manusia dan dunia. Dan sifat ini, sifat mengatasi kesubyektifan belaka, sifat melepasakan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebuttuhan sendiri, tegasnya bahwa sifat keobyektifan ini adalah seorang yang dewasa yang belum matang kerohaniannya.
Telah dikatakan bahwa hidup di dunia ini adalah di dalam dunia dan mengatasi dunia itu adalah jasmani dan rohani atau dengan perkataan asing, adalah immanent (berada di dalamnya) dan transcedent (mengatasi dunia material yaitu sebagai rohani). Manusia adalah rohani-jasmani dalam satu kesatuan tetapi jiwalah yang merupakan dasar intinya, sumber segala kegiatan dan perinsip hidup. Maka kurang berpikir berarti lebih tenggelam ke dalam jasmanilah dalam kebendaan. Berpikir dengan lebih dalam berarti mengalami diri kita sendiri sebagai transcedent, sebagai mengatasi dunia material sebagai rohani.
b. Berusaha mempertahankan sikap yang obyektif mengenai intisari dan sifat-sifat barang-barang itu sendiri.
Bila seseorang semakin pantas di sebut “berkpribadian”, semakin mendekati kesempurnaan kemanusiaan, semakin memiliki “kebijaksanaan”, jika semakin mempunyai sikap obyektif terhadap dunia ini . Dan sebaliknya seseorang yang sungguh-sungguh dewasa tidak pertama-tama mencari kepuasan dan kesenangannya diri sendiri dalam benda-benda.
c. mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita dari sifat Akuisme dan Aku sentrimisme.
Ini berhubungan erat pula dengan “Spesialisasi” dalam ilmu pengetahuan yang membatasi lapangan penyelidikan orang sampai satu aspek tertentu dari pada keseluruhan itu. Hal inilah dala ilmu pengetahuan memang perlu akan tetapi sering membawa kita kepada kepicikan dalam pandangan, sehingga melupakan apa saja yang tidak termasuk lapangan penyelidikan itu sendiri, sifat ini sangat merugikan perkembangan manusia sebagai keutuhan maka obatnya yang paling manjur ialah “pelajaran filsafat”
d. Agar menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
Dengan latihan akal yang di berikan dalam filsafat kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh “berdiri sendiri” / mandiri terutama dalam lapangan kerohanian, mempunyai pendapat sendiri. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan ara kita berpikir, hingga dapat bersikap kritis, melainkan mencari kebenaran dalam apa yang dikatakan orang baik dalam buku-buku maupun dalam surat – surat kabar dan lain –lain.
6. Kenisbian ( Relativitas ) Filsafat
Prof. Drs. I.R. Pudjawijatna menulis dalam bukunya yang berjudul Pembimbing ke arah alam filsafat “ maka dari pada itu ada kemungkinan agama memberi pengetahuan yang tinggi dari filsafat, pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa karena demikian tingginya hal itu hingga hanya dapat diketahui karena diwahyukan”.
Prof. Dr. R.F. Beerling, menulis dalam bukunya yang berjudu ”Filsafat dewasa ini” Filsafat bersumber pada manusia dan mengenai manusia. Dia adalah tingkat tertinggi dari kegelisahan yang telah saya katakan di atas. Dia memajukan pertanyaan yang dilakukan secara radikal sekali. Dia adalah jawaban yang akan memberi kepuasan pada pertanyaan – pertanyaan it, tetapi yang selalu mengandung pertanyaan –pertanyaan baru, sehingga tak pernah tentram benar “.
Leopold Weiss yang juga bernama Muhammad Asad beliau menulis dalam bukunya “ Islam at the Crossrods” Makhluk manusia dengan segala mekanisme jiwanya yang pelik dengan segala hasrat-hasratdan ketakutan – ketakutannya melihat dirinya dihadapkan pada satu “alam” dimana kemurahan dan kekejaman, bahaya dan ketentraman bercampur baur dalam suatu cara yang dahsyat yang tak teruraikan dan nampaknya bekerja atas garis- garis yang brada dari metode-metode dan struktur pikiran manusia. Filsafat intelektuil murni ata ilmu pengetahuan eksperimentil melulu tidak pernah sanggup memecahkan konflik ini. Justru itulah titik dimana agama melangkah maju.
Perlu di ingat bahwa penjelasan yang lalu bahwa ilmu pengetahuan khusus mencari kebenaran (obyektivitas) dengan jalan riset , pengalaman dan percobaan sebagai batu ujiannya tetapi dalam pengambaraanya dalam mencari kebenaran itu menjumpai rimba raya masalah yang terbentang luas yang tak terjangkau oleh aktivitas riset.
Apabila kita telah menjumpai keadaan yangdemikian itu maka berarti sudah menginjak lapangan pengetahuan lai n yaitu telah bermuara kepada lapangan filsafat.yang selanjutnya filsafat menghampiri kebenaran itu dengan akal budi manusia secara radikal, sistematis dan uni versal tanpa pertolongan kekuatan lain atau oleh wahyu Allah.filsafat mencoba memberikan jawaban atas segenap permasalahan yang di hadapi yang bersifat spekulatif,alternatif dan subyektif.
Dalam aktivitatas menekuni missi filsafat itu, maka filsafat juga mengalami nasib yang sama dengan ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Filsafat dihadapkan kepada permasalahan yang di lyar kemampuan subyektif, spekulatif dan alternatifnya untuk dijawab dengan tuntas. Ini berarti bahwa filsafat menemukan era baru di luar lah di simpulkan bahwa kenisbian ( relatifitas) baik ilmu – ilmu pengetahuan khusus maupun filsafat bermuara pada agama. Oleh karena itu ada baiknya pada bab berikut ini kita mencoba mengadakan hubungan antara filsafat dengan agama yang keduanya tergolong dalam kelompok ilmu pengetahuan universal.







Untuk apa orang belajar filsafat? Pertanyaan semacam ini sering dilontarkan kepada para pembelajar filsafat, karena merka melihat bahwa secara material, filsafat tidak memiliki sumbangsih. Menurut saya, kunci peradaban bermula dari filsafat yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai kehidupan. Namun, pembahasan kali ini berbicara perihal beberapa catatan pokok fungsi filsafat yang saya bagi menjadi dua: fungsi filsafat pada umumnya, dan fungsi filsafat dalam kehidupan intelektual bangsa Indonesia pada khususnya.

  1. Fungsi Filsafat
 
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
Pertama secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
Jalur kedua melalui jalur sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya  tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat:

(1)   suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
(2)   Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi secara kritis dan argumentatif.
(3)   Pendasaran metodis dan wawasan  lebih mendalam serta kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.

Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.

2. Filsafat di Indonesia

 Filsafat tidak hanya berguna pada umumnya, melainkan mempunyai fungsi khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Ada beberapa filsafat secara khusus dibangsa ini antaralain:
(1)   bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan dengan perubahan pandangan hidup, nilai-niali, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
(2)   Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan- kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
(3)   Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran-pelanggaran terhadap martabat dan hak-hak asasi manusia yang masih terjadi. Jadi filsafat membuat sanggup untuk tidak tertipu oleh slogan-slogan ideologis, untuk melihat secara terbuka masalah-masalah masalh sosial secara percaturan kekuasaan yang sedang berlangsung.
(4)   Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.
(5)   Salah satu fungsi terpenting filsafat adalah bahwa ia menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakanya dialog daantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila. Jadi filsafat adalah dasar bagus bagi dialog antar agama, karena argumentasinya mengacu pada manusia dan rasionalitas pada umumnya, tidak terbatas pada pendekatan salah satu agama tertentu itupun tanpa mengurangi pentingnya sikap beragama. Justru para agamawan memerlukan filsafat supaya dapat berbicara satu sama laindan bersama-sama memecahkan masalah-masalah nasional.
* tulisan di atas hanya sebuah analisa terhadap pandangan orang pada umumnya yang menganggap bahwa orang yang belajar filsafat hanyalah orang yang kurang kerjaan.





TUJUAN FILSAFAT ILMU
  • Sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah
  • Usaha merefleksi , menguji, menkritik asumsi dan metode keilmuan
  • Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Karena setiap metode ilmiah keilmuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan rasional


0 komentar:

Posting Komentar